Sumber : http://vi.sualize.us/awesome_female_that_speak_thousand_silent_words_eyes_woman_portrait_face_picture_8REM.html
Ngapain sih orang kayak gitu masih dibaikin? Jangan terlalu baik jadi orang, biasanya orang baik ditinggalin karena alasan 'kamu terlalu baik buat aku' lho"
atau
"Males
ah baikin orang kayak gitu"
atau
"Terlalu
baik sama bego beda tipis"
atau
"Baiknya
orang ada batasnya juga kali"
atau
"Ya aku baikin dia kalo dia baikin aku juga"
Pernah nggak kita dengar kalimat
seperti itu di sekitar kita? Atau bahkan kita sendiri yang melontarkan kalimat
itu? Atau kita yang menerima ucapan seperti itu? #mindblown
Baik
dan buruk, itu beda dengan hitam dan putih. Beda dengan manis atau pedas. Beda
dengan siang atau malam.
Baik
dan buruk itu seperti arah, utara dan selatan. Seperti jarak, jauh dan dekat.
Seperti cahaya, gelap dan terang.
Saat
ini saya sedang hidup di Pulau Jawa. Bagi saya, Pulau Bali itu berada di
sebelah timur. Tapi bagi kawan saya yang sedang berada di Pulau Lombok, Pulau
Bali ada di sebelah baratnya. Ya bisa sih untuk mengatakan bahwa Pulau Bali itu
ada di sebelah barat Pulau Jawa, karena bumi itu kan bulat. Dengan catatan kita
harus memutari beeeerbagai pulau lainnya dulu. Lain lagi bagi penduduk dari
Pulau Kalimantan, mereka bilang bahwa Pulau Jawa itu ada di sebelah tenggara
pulau mereka. Ada yang salah nggak dari semua pernyataan di atas?
Tapi
Pulau Bali itu jauh. Jauh darimana? Iya kalau kamu sedang berada di Yogyakarta
dan kamu hanya memiliki akses sepeda kayuh untuk mencapai tempat itu. Tapi
walaupun kamu sedang berada di luar negara Indonesia pun, tapi kamu memiliki akses
tak terbatas untuk menuju Pulau Bali, kamu punya pesawat jet, kamu punya
relasi, kamu punya informasi soal Pulau Bali, kamu punya kemauan untuk menuju
Pulau Bali, apa iya Pulau Bali masih menjadi destinasi yang jauh untuk dituju?
Saya
ingat satu kalimat yang diucapkan oleh dosen Agama Islam di kampus saya yang
masih terngiang sampai detik ini: "Sesungguhnya yang paling absolut di
dunia ini hanyalah Tuhan. Dan manusia adalah makhluk yang nisbi".
Nisbi
menurut KBBI: hanya terlihat (pasti; terukur) kalau
dibandingkan dng yg lain; dapat begini atau begitu; bergantung kpd orang yg
memandang; tidak mutlak; relatif:betapa -- nya moral itu; cantik itu -- ,
bergantung kpd yg melihat;
Belajar
dari kalimat itu, membuat saya selalu ingat untuk kembali kepada hakikat
manusia. Relatif dan tergantung kepada yang melihat.
Bisa
jadi sebatang lilin dan korek api yang ada di laci perkakas itu saat ini tidak
ada artinya karena lampu dan keberadaan listrik di rumah sudah lebih dari
cukup. Kalau saya mau pun saya bisa nyalakan semua lampu di rumah selama 7x24
jam. Lain cerita saat lilin itu disematkan di atas kue ulang tahun dan
diberikan oleh orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Cerita dari
lilin, kue, dan orang-orang di sekitar saya itu tentu tidak bisa ditukar dengan
lampu berdaya 1300 yang dinyalakan 7x24 jam. Alih-alih malah lampu di rumah
saya yang dimatikan supaya keberadaan lilin-lilin itu terasa semakin sweet dan sinarnya cukup untuk menerangi
yang penting-penting saja.
Everyone has a reason. And story behind. And also the experience. Or other's experiences.
Jadi
gimana?
Fastabiqul khairat saja ya, hehehe.
290414