Monday 28 April 2014

Vacation(s)!

Kalau mau tahu karakter seseorang lebih dalam, maka ajaklah dia untuk travelling!
Quote-milik-entah-siapa itu sukses berat mendorong-dorong saya untuk kembali melakukan perjalanan-perjalanan.

Ada perasaan unik ketika pergi mengunjungi suatu tempat yang belum pernah saya kunjungi. Ada atau tidaknya tempat itu di deretan 'tempat-tempat yang ingin saya kunjungi' rasanya tetap saja menyenangkan. Tidak jarang saya mengiyakan ajakan mendadak dari kawan yang sebelumnya tidak terlalu dekat dengan saya untuk melakukan perjalanan. Destinasi-destinasinya belum jauh memang, tapi serunya di perjalanan itu nggak akan pernah bisa digantikan dengan apapun.

Dan memang bener kok, kita bener-bener bisa mengenal karakter orang lain saat melakukan perjalanan.
Saya pernah bepergian dengan orang yang kalo di kehidupan sehari-hari itu dia rempongnya minta ampun, tapi waktu travelling, ternyata dia adalah pribadi yang amat sangat menyenangkan. Nggak ribet, nrimo, dan irit.
Ada lagi saya pergi dengan orang yang memang aslinya sama dengan sehari-harinya. Pasif, nggak terlalu punya rasa ingin tahu yang besar, dan 'yang penting gaya aja' di media sosial. Saya tidak merekomendasikan tipikal orang seperti ini untuk diajak travelling yang 'ribet' dan 'susah' ya. Misalnya ke tempat yang bahasanya berbeda dengan bahasa asal, dengan koneksi internet yang kurang mendukung, dan sebagainya dan sebagainya.
Lho! Baru dua hal  saja ini yang saya tulis. Lainnya jauuuuh lebih banyak lagi.

Kalau disuruh milih, voucher belanja di mall senilai 10 juta atau tawaran liburan ke luar pulau, saya akan milih opsi kedua. Oke, meskipun ini hanya pengandaian dengan probabilitas keterjadiannya sangat kecil. Hahhaha.

Berikut adalah tempat impian wisata domestik yang amat-sangat-ingin-saya-kunjungi-sebelum-usia-saya-habis:
1. Karimun Jawa
Iya, meskipun pasaran, saya memang sama sekali belum pernah kesana. Rencana tinggallah rencana yang masih saja menjadi rencana. Tapi someday, I'll be there!
source: www.putrakarimunjawa.com


2. Pulau Bangka dan Belitung
Apalagi kalau bukan karena film Laskar Pelangi? Keiming-iming berat sama kerennya pantai dan batu-batu disana.
source: www.nuansamagna.blogspot.com



3. Pantai Klayar Pacitan
Soon, please. Soon! Tahun 2014 haruuus diwujudkan! Pantai ini berjarak tempuh beberapa jam saja dari kota saya, Yogyakarta
source: www.tripotindonesia.com



5. Kawah Ijen, Jawa Timur
Nah, salah satu gunung berapi di Indonesia, Gunung IJen, menyimpan kawah yang melambai-lambai untuk minta dikunjungi
source: www.tourandtravwlwisataindonesia.com


6. Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Mau lihat pemakaman Toraja yang terkenal itu lho, juga rumah-rumah adat di sana. Ya meskipun nggak tau juga acara apa yang bisa membawa saya kesana.
source: www.bugbog.com


8. Kawah Putih, Bandung (DONE in DECEMBER 2015!)
Nah, ini kan bisa dikunjungi kalau pas kebetulan ke Bandung ya. Soon, Soon, Sooooon!
source: www.medischfun.wordpress.com


Yeaaa, hopefully I can make those dreams come true!


Yogyakarta, 29 April 2014

Autonomous









Pagi ini dibuka dengan kiriman pesan singkat dari seorang sahabat lewat line. Sebenarnya dikirim tadi malam, tapi tengah malam itu nyawa saya sudah istirahat sejenak, jadi baru kebuka paginya. Kurang lebih bunyinya begini:
"Fii, ajarin aku buat mandiri ga manja ga nyusahin ga ngerepotin orang :)"
Kaget pertama, lalu saya senyum, setelah itu baru berpikir. Bukan langsung berpikir mau jawab gimana, tapi lebih ke 'Loh, kenapa ya ini anak tiba-tiba nanya gini?'. Ada sebab ada akibat, jelas ada insiden (yang saya nggak belum tahu) yang melatarbelakangi anak ini sampai tanya hal seperti itu di tengah malam.

Hipotesa saya sih:  Sahabat saya yang satu ini sepertinya sedang merasa 'tergantung' pada orang lain, entah itu satu orang atau beberapa. Sudah gitu, dia  merasa kalau dia ini hanya merepotkan di mata orang lain. Dan dia ingin berubah.

Yang masih menjadi pertanyaan adalah: apakah keinginan berubah ini atas dasar inisiatifnya untuk menjadi orang yang lebih baik atau supaya dia tidak membebani orang yang dia pikir dia bebani?

Saya sendiri sejujurnya juga tidak bisa menjawab baik secara sbujektif, apalagi objektif. Karena menurut saya kemandirian seseorang itu relatif. Seperti halnya kesuksesan. Semua berangkat dari garis start yang berbeda. Ada orang yang dilahirkan benar-benar dari nol, serba nggak punya. Ada juga orang yang dilahirkan dari 'kelas 2', hampir memiliki segalanya. Itupun klasifikasinya akan amat sangat luas sekali. Seberapa banyak definisi 'segalanya'? Ah.... Cerita hidup masing-masing orang kan berbeda. Daya juang yang dilakukan pun sangat variatif. Maka cara pandang yang terbentuk juga akan lain. Serba nisbi.

Kembali pada kasus sahabat saya, saya hanya bisa menjawab sesuai dengan kacamata saya. Menurut saya, kemandirian itu ada karena didukung oleh keadaan dan kemauan. Bagaimana kita menepis mindset diri kita sendiri bahwa mandiri sama dengan susah. Jauhkan kalimat "Ih, kasian banget sih gue ngelakuin apa-apa sendirian" dari dalam diri kita sendiri!
Karena mandiri itu bukan yang seperti itu. Mandiri adalah bagaimana kita bisa melakukan suatu pekerjaan itu sendiri, which is meskipun nanti saat tidak ada orang lain yang membantu melakukan, kita tetap bisa melakukan. Ini juga bukan berarti kita tidak butuh orang lain. Orang lain cukup dijadikan benchmark, inspirasi, motivasi, atau apapun itu terserah kita menempatkannya.

Mandiri itu bagaimana kita tetap happy melakukan kegiatan kita secara bertanggungjawab. Based on true story, sekalinya saya tergantung pada seseorang dalam mengerjakan sesuatu, pada saat itu juga saya mengeliminasi kebahagiaan yang bisa saya ciptakan sendiri. Ketika orang lain itu tidak lagi ada untuk saya, maka saya akan merasa tidak punya kemampuan untuk melakukan sesuatu, dan justru seperti memulai semua dari nol, saya harus belajar dari awal. Malah ribet kan? Iya.....

Note: Mandiri tidak berarti selalu berkaitan dengan kemandirian secara finansial ya.

Sampai saat ini pun saya masih terus belajar untuk menghargai orang di sekitar saya yang berniat baik untuk membantu saya melakukan sesuatu. Betapa beruntungnya saya ya, dikelilingi orang yang menyayangi saya melalui cara mereka masing-masing. Maka dari itu saya merasa bahwa saya ini pun masih sering tergantung dengan orang lain, masih manja, masih harus banyak usaha untuk bisa berdiri di kaki saya sendiri.

Nggak memungkiri kalau di pikiran itu kadang muncul :
"Enak banget ya jadi si A, kalau mau sesuatu selalu ada yang bantuin. Enaknya jadi si B, nggak perlu susah-susah ngelakuin sesuatu untuk dapetin sesuatu"
Oh no, percayalah itu kalimat racun!!!
Kalimat itu akan terinternalisasi dalam diri kita, lalu terbentuk jadi mindset kita, lalu masuk lebih dalam jadi karakter kita, tidak lama kemudian dia akan mengendalikan kita untuk menjadi tergantung dengan orang lain.

Mengutip status twitter salah satu teman saya:  "orang yang benar-benar hidup adalah orang yang selalu hijrah".
Jadi ayo saling bantu orang di sekitar kita untuk hijrah ke tempat yang lebih baik dari saat ini. Jangan pernah lelah memberi perhatian pada orang di sekitar dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka. People come and go, but save them, our best supporter.

Yang paling penting adalah: Jangan malas untuk diajak hijrah! 

Yogyakarta, 28 April 2014
Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger