Perjalanan
ini adalah perjalan singkat dan sangat mendadak. Keputusan untuk join jalan ke Kuala Lumpur
dilatarbelakangi oleh sifat kekanakan saya yang akhirnya keukeuh dan nggak mau kalah, tetep mau ikut Kakak dan Ibu saya yang
sudah merencanakan pergi ke KL sejak lama. Sayangnya sebagai anak kantoran yang
masih newbie, saya segan untuk
mengajukan cuti meski untuk setengah hari saja.
Jadilah saya nekat mengambil tiket penerbangan hari Jumat pukul 21.00.
sedangkan Kakak dan Ibu saya sudah sampai di KL sejak hari Kamis.
JUMAT, 2 Oktober 2015
H-2
saya baru membeli tiket pesawat, dan H-1 baru saya membeli tiket hostel untuk
hari pertama. Jadi di Jumat malam setelah dari bandara, saya memutuskan akan
menginap di hotel terdekat dari bandara saja, karena keluarga menginap di
daerah kota, Bukit Bintang. Saya pikir-pikir kembali, dulu saya bener-bener
nggak mikir deh kayaknya, kok bisa-bisanya nekat mau nginep sendiri padahal sampai
di KL bakal tengah malam. Tapi namanya juga itikad. Maju terus pantang mundur,
komandan! Sejak pukul 18.30 sudah ada di bandara dengan ransel dan tas jinjing
kecil semata wayang. Single fighter!
Saya
lupa dan bener-bener lupa kalau ada perbedaan waktu antara Indonesia dan KL.
Jadi flight agak mundur sejam dan saya
sampai sana itu jam 01.00 waktu KL. Ehem.
Saya speechless karena tak
membayangkan bakal sampai sana se-tengah malam itu. Iseng punya iseng, saya
beranikan diri nanya ke Mbak-Mbak cantik di sebelah saya, bagaimana cara
memilih taksi resmi dan aman di bandara. Dan keajaiban itu datang. Dengan
sebelumnya menunjukkan keterkejutannya yang teramat sangat atas kenekatan saya,
dia pun menawari dan setengah memaksa saya untuk diantar olehnya dan pacarnya
sampai ke hostel di daerah Sepang. Mereka bilang daerah Sepang itu rawan dan
berbahaya, apalagi tengah malam begini. Syukurlah. Jadi pacar Mbak-Mbak itu
orang KL, jadi dia dijemput naik mobil dan saya pun diantar oleh mereka sampai
ke hotel. Ya ampun, tak hentinya saya bersyukur atas kebaikan yang mereka
berikan ini.
Nah,
alasan saya memilih hostel backpacker, itu
karena saya menyadari bahwa saya hanya membutuhkan tempat transit saja, which is tidak lebih dari tujuh jam.
Setelah melalui penyaringan sana sini saya memutuskan untuk memilih “The Youniq
Hotel” di daerah Salak Tinggi Business Park, Sepang. Sebenarnya mereka
menyediakan kamar normal, tapi kembali lagi karena saya hanya butuh beberapa
jam saja sendirian, maka saya memilih shared
dormitory room (women only). Waktu itu saya dapat harga Rp 196,086 per
malam, termasuk breakfast! Senengnya
di sini adalah, breakfast nya lumayan
banyak, tidak hanya roti dan selai saja. Kekurangan dari tempat ini adalah
daerah sekitarnya itu sepi, dan gelap. Jadi hotel ini benar-benar hanya
direkomendasikan untuk transit saja.
Kasurnya cukup empuk, masing-masing bed ada locker pribadi dan kunci. Juga disediakan colokan listrik. Koneksi wifi juga masih bisa diandalkan meskipun mati nyala mati nyala. Keberuntungan saya lainnya yaitu dari sepuluh bed yang ada di situ, isinya hanya saya! Hihihi. Jadi semalam itu saya benar-benar menikmati kesunyian sendiri. Cailah. Tapi nyaman kok, ber-AC. Sayangnya tidak ada penutup bed ya, jadi saya membayangkan kalau sedang ada beberapa orang di kamar itu, sepertinya kurang nyaman kalau tempat tidurnya pun tidak ada penutup.
Ini
toiletnya. Ada pintu tersambung di ujung ruangan itu, menuju toilet yang juga
khusus wanita. Lumayan bersih juga, ada air panas, tapi tidak besar.
Sayang
sekali saya lupa ambil foto menu sarapan pagi itu. Tapi lumayan lho, dengan
harga yang saya bayar masih dapat sarapan yang bisa memilih, antara
roti-rotian, laksa, atau kah bubur. Tempat makannya juga nyaman banget dan cukup luas. Selain itu, desain lobi hotelnya meski tidak terlalu luas tapi cukup menarik untuk foto-foto.
SABTU, 3 Oktober 2015
Pukul tujuh
pagi saya sudah bersiap check-out dan
menuju ke hotel Kakak dan Ibu saya di daerah Bukit Bintang. Tujuan saya yaitu
stasiun MRT terdekat, yaitu Stasiun Salak Tinggi. Karena tidak ada taksi yang
berlalu lalang, (kawasan di depan hotel itu seperti ring road, atau jalan tol deh. Jadi di sekitar hotel hanya ada
hotel-hotel lain yang seukuran. Tidak ada pemukiman. Mau tidak mau, saya harus
menggunakan taksi hotel yang kalau dirupiahkan jadi sekitar Rp 100.000 dari
hotel ke stasiun Salak Tinggi. Mengingat bapak supirnya adalah bapak-bapak
berwajah India gitu, agak deg-degan lho waktu naik taksi! Apalagi lewatnya daerah
yang penuh semak-semak. Hiiii. Hanya bisa berdoa dan berdoa.
Stasiun Salak
Tinggi, stasiunnya kecil, tidak ramai, tapi bersih.
Horeee,
sekitar satu jam menikmati perjalanan, saya sudah sampai di Stasiun Bukit
Bintang. Ini lingkungan yang saya lihat sepanjang keluar kereta sampai ke jalan
raya:
Lucunya,
pemandangan pertama yang saya temui di jalanan selepas turun dari kereta adalah
pembangunan jalan sedang berlangsung, dan girder
yang mereka gunakan adalah merek yang kantor saya jualan. Hahahaha. Nggak
di kantor, nggak di KL, kok ya ketemunya MHE-Demag!
Finally!
Setelah muterin blok di sekitar sini selama beberapa puluh menit, saya pun
menemukan hotel yang sangat kucari-cari ini. Kakak dan Ibu saya menunggu-nunggu
di lobi hotel yang terlihat seperti akuarium karena transparan. Rasanya bahagia
campur haru, ingin menangis karena akhirnya ketemu mereka lagi tapi di negara
lain. Huhhh dasar lebaay. Daerah Jalan Alor, Bukit Bintang ini menjadi daerah favorit para
pelancong karena melimpahnya tempat kuliner di sini.
Setelah
menimbang dan memutuskan, jam 10-an kami pun memutuskan untuk keluar entah
kemana. Karena sifat kunjungan adalah dadakan dan minim browsing, kami asal aja menentukan tujuan, yakni ke daerah Central
Market. Kami turun di Stasiun Pasar Seni.
Central Market
Central Market
ini seperti pasar modern, yang didalamnya dijual bermacam oleh-oleh dan
kerajinan. Juga coklat-coklat. Kami membeli semua coklat oleh-oleh di sini.
Barang yang dijual sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia,
tapi lumayan asik daerahnya.
Sayang sekali di hp saya tidak
ada foto-foto isinya Central Market. Waktu itu ada di hp Ibu saya, tapi saat
ini hpnya sudah mati karena terendam es teh! Hahaha. Selepas lelah
berjalan-jalan, Ibu saya yang sudah mulai lapar mulai menengok dagangan di sekitar.
Beliau tergoda oleh sebuah restoran yang ada stiker tripadvisor di depan.
Artinya, restoran ini boleh dicoba dong. Namanya restoran “Yusoof dan Zakhir”.
Dan memang benar! Harus dicoba lagi kalau balik ke sini.
Saya lupa banget nama menunya
apa, tapi bagi kalian yang bisa mentolerir makanan bersantan, ini surga dan
enak! Apalagi minumnya sama milo Malaysia yang terkenal beda rasanya dengan
Milo Indonesia itu. Hmmm.
Petaling Street
Perjalanan selanjutnya adalah
Petaling Street, yang ternyata tidak jauh dari situ. Cukup berjalan kaki saja.
Isinya ya lagi-lagi orang jualan berbagai macam benda!
Batu Caves
Meskipun hari sebelumnya Ibu dan
Kakak saya sudah ke Batu Caves, tapi karena saya pengen banget foto bareng
burung merpati di sana, akhirnya mereka menemaniku ke Batu Caves. Dari Stasiun
Pasar Seni naik kereta, tapi saya lupa turun di stasiun mana. Hihihi.
Menara Kembar Petronas
Setelah dari Batu Caves, si Ibu memutuskan untuk pulang
duluan ke hotel, dan saya lanjut ke Menara Kembar Petronas. Rasanya tidak
afdhol ya kalau ke KL tapi belum ke menara kembar tersohor ini. Btw untuk bisa
mengambil foto itu, diperlukan perjuangan keras lho, karena buaanyaknya orang
yang berjajar-jajar di sana. Hahahaha.
Untuk
menuju hotel kembali, kami menggunakan bus GOKL yang notabene gratis! Hihihi.
Bus nya berwarna pink ke-unguan ini.
Street Food – Jalan Alor
Ini dia kondisi Jalan Alor di malam hari dari atas hotel.
Hmmmmm. Yang di bawah berderet itu mobil-mobil yang diapit kursi dan meja
penjual makanan lho! Melimpah dan tinggal pilih pokoknya.
Minggu, 4 Oktober
2015
Hanya semalam saja saya menginap
di daerah Bukit Bintang ini. Keesokan harinya kami harus check-out. Kami menginap di Nova Hotel, dengan fasilitas sarapan.
Hotelnya sepertinya sudah cukup tua, dan furnitur-nya tidak terlalu baru. Tapi
sekali lagi karena tertolong oleh lingkungan yang asik, jadi saya fine-fine saja.
Putrajaya
Karena masih ada waktu beberapa
jam, kami memutuskan untuk mampir sebentar ke Dataran Merdeka, Putrajaya.
Lumayan lah untuk sekedar mengisi waktu dan berfoto-foto.
Demikian akhir dari perjalanan
ini. Saya harus kembali ke Jakarta, dan Ibu serta Kakak saya terbang lebih dulu
menuju kampung halaman, Jogja! Buat saya piknik yang singkat ini sangat
menyenangkan. Liburan bersama keluarga benar-benar membawa kesegaran tersendiri
bagi saya. Kami menjadi lebih kompak, merasakan susah senang bersama-sama.
Semoga masih ada kesempatan-kesempatan berikutnya ya, siapa tahu tahun ini atau
tahun depan personilnya nambah! Hahahahaha.
Kuala Lumpur Airport
Makan dulu sebelum pulang di Papa Rich. Laksanya enak, yang foto atas rasanya... tak ingin mengulangi lagi! Hahahahah.
No comments:
Post a Comment