Dalam hidup ini banyak advis yang
pernah kita dangar dan baca, baik itu dari orang yang kita kenal maupun dari
anonim yang antah berantah dari dunia maya. Tapi tak jarang, quotes-quotes yang
kadang berhasil membuat saya ‘sadar diri’ sesaat itu dengan mudahnya
mengombang-ambingkan saya untuk mengamini satu hal di satu waktu, dan lain hal
di lain waktu.
Advis A: Pasangan hidup itu harus
saling melengkapi, untuk itulah kehidupan akan menjadi sempurna. Misal ada orang dengan pengetahuan
agama yang dirasa belum begitu baik, maka carilah pasangan yang pengetahuan
agamanya lebih baik, supaya dapat menjadi lebih baik. Jika kamu orangnya susah
mengontrol emosi, kamu harus cari orang yang sabar dan bisa mengontrol emosi
kamu.
Advis B: Pasangan hidup itu bukan dari
dua orang yang saling melengkapi, tapi dari dua orang yang sama karakternya dan
mau bekerja sama. Kalau hanya saling melengkapi, maka hubungan kalian nggak
akan kemana-mana.
Karena kalau yang satu sholat dan yang
satu nggak sholat? Capek dong yang satu harus ingetin terus pada pasangannya
untuk sholat. Yang ada, pasangan yang memang sudah sholat ini malah nggak
meningkat kualitas kehidupannya karena tidak dihadapkan dengan pasangan yang
seimbang. (Contoh diambil dari film Sabtu Bersama Bapak).
Advis A: Belajar melupakan persoalan
dengan membuang semua kenangan mengenai persoalan tersebut sampai hal terkecil
sekalipun. Buang semua hal yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
Advis B: Belajar melupakan persoalan
dengan menghadapinya lebih sering, dengan tidak menolak kenyataan, dengan tidak
menghindari persoalan tersebut dengan segala asam pahit nya. Maka lama-lama
kamu akan kebal.
Advis A: Dalam berumahtangga, mutlak
kalian harus bersama di satu sampai lima tahun pernikahan, karena di situ
adalah tahun-tahun rawan persoalan besar.
Advis B: Dalam berumahtangga, di
awal-awal pernikahan karena masih dalam tahap berjuang, maka untuk sementara
saling berjauhan itu tidak apa, toh untuk masa depan juga.
Advis A: Buatlah goals dalam
hidupmu secara detail, kalau perlu tuliskan di secarik kertas dan tempelkan di
tempat-tempat yang paling sering kamu lihat.
Advis B: Hidup itu tidak usah
pakai goals-goals an, udahlah, hidup aja apa adanya yang
penting lakukan yang terbaik setiap mengerjakan sesuatu. Bisa jadi yang kita
dapatkan justru lebih besar dari yang diharapkan. Tidak mencapai goals justru
bisa membuat kamu down.
Advis A: Pilih-pilihlah dalam berteman,
jangan mau berteman dengan semua orang karena kamu harus menjaga lingkunganmu
agar tetap baik dan tidak tercemari oleh hal-hal yang tidak baik.
Advis B: Bertemanlah dengan semua
orang, supaya kamu bisa belajar banyak hal. Supaya kamu juga tau benar mana
yang baik dan mana yang kurang baik untuk dilakukan.
Advis A: Bagaimana kita bisa mengenal
karakter orang lain kalau tidak dari pacaran dulu sebelum menikah?
Advis B: Pacaran itu tidak perlu karena
pengenalan karakter itu bisa dilewati tanpa melalui tahap pacaran.
Advis A: Untuk apa kamu punya banyak
uang tapi jarang sekali bertemu keluarga?
Advis B: Kamu harus menabung dan
pintar-pintar cari uang untuk masa depanmu. (Dan akhirnya mau tak mau harus
mengorbankan sedikit waktu bersama keluarga).
Advis A: Ikutilah kata hatimu, karena
kata hati tidak pernah berbohong.
Advis B: Jangan hanya andalkan kata
hatimu, karena kata hati dan hawa nafsu itu beda tipis. Meski tidak semua hal
bisa dilogika, tapi hanya mengandalkan kata hati dalam bertindak itu berbahaya.
Seperti ABG yang menuruti kata hatinya untuk lebih memilih tawuran daripada
membaca buku.
Dan advis-advis lain yang tidak bisa
saya tuliskan satu per satu di kesempatan yang seadanya ini. Begitulah, hidup
itu terdiri dari banyak pintu. Tinggal pintu mana yang dirasa paling tepat
untukmu. Mendengarkan nasehat orang lain itu penting, tapi mendengarkan semua
nasehat itu akan menghambat untuk memutuskan sesuatu yang penting.
Menurut mbak, bagaimana kita harus bersikap dalam pengambilan keputusan? Berdasarkan fakta atau asumsi kita sendiri?
ReplyDeleteFakta yg dibantu dgn kata hati.... Hehehe.
DeleteWah, jawaban menarik, yah.
ReplyDeleteKalau hanya kata hati, logika masih perlu ga ya?