Saturday, 17 September 2016

Mana Advis Yang Akan Kamu Terima: ?





Dalam hidup ini banyak advis yang pernah kita dangar dan baca, baik itu dari orang yang kita kenal maupun dari anonim yang antah berantah dari dunia maya. Tapi tak jarang, quotes-quotes yang kadang berhasil membuat saya ‘sadar diri’ sesaat itu dengan mudahnya mengombang-ambingkan saya untuk mengamini satu hal di satu waktu, dan lain hal di lain waktu.


Advis A: Pasangan hidup itu harus saling melengkapi, untuk itulah kehidupan akan menjadi sempurna. Misal ada orang dengan pengetahuan agama yang dirasa belum begitu baik, maka carilah pasangan yang pengetahuan agamanya lebih baik, supaya dapat menjadi lebih baik. Jika kamu orangnya susah mengontrol emosi, kamu harus cari orang yang sabar dan bisa mengontrol emosi kamu.
Advis B: Pasangan hidup itu bukan dari dua orang yang saling melengkapi, tapi dari dua orang yang sama karakternya dan mau bekerja sama. Kalau hanya saling melengkapi, maka hubungan kalian nggak akan kemana-mana.
Karena kalau yang satu sholat dan yang satu nggak sholat? Capek dong yang satu harus ingetin terus pada pasangannya untuk sholat. Yang ada, pasangan yang memang sudah sholat ini malah nggak meningkat kualitas kehidupannya karena tidak dihadapkan dengan pasangan yang seimbang. (Contoh diambil dari film Sabtu Bersama Bapak).

Advis A: Belajar melupakan persoalan dengan membuang semua kenangan mengenai persoalan tersebut sampai hal terkecil sekalipun. Buang semua hal yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
Advis B: Belajar melupakan persoalan dengan menghadapinya lebih sering, dengan tidak menolak kenyataan, dengan tidak menghindari persoalan tersebut dengan segala asam pahit nya. Maka lama-lama kamu akan kebal.

Advis A: Dalam berumahtangga, mutlak kalian harus bersama di satu sampai lima tahun pernikahan, karena di situ adalah tahun-tahun rawan persoalan besar.
Advis B: Dalam berumahtangga, di awal-awal pernikahan karena masih dalam tahap berjuang, maka untuk sementara saling berjauhan itu tidak apa, toh untuk masa depan juga.

Advis A: Buatlah goals dalam hidupmu secara detail, kalau perlu tuliskan di secarik kertas dan tempelkan di tempat-tempat yang paling sering kamu lihat.
Advis B: Hidup itu tidak usah pakai goals-goals an, udahlah, hidup aja apa adanya yang penting lakukan yang terbaik setiap mengerjakan sesuatu. Bisa jadi yang kita dapatkan justru lebih besar dari yang diharapkan. Tidak mencapai goals justru bisa membuat kamu down.

Advis A: Pilih-pilihlah dalam berteman, jangan mau berteman dengan semua orang karena kamu harus menjaga lingkunganmu agar tetap baik dan tidak tercemari oleh hal-hal yang tidak baik.
Advis B: Bertemanlah dengan semua orang, supaya kamu bisa belajar banyak hal. Supaya kamu juga tau benar mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk dilakukan.

Advis A: Bagaimana kita bisa mengenal karakter orang lain kalau tidak dari pacaran dulu sebelum menikah?
Advis B: Pacaran itu tidak perlu karena pengenalan karakter itu bisa dilewati tanpa melalui tahap pacaran.

Advis A: Untuk apa kamu punya banyak uang tapi jarang sekali bertemu keluarga?
Advis B: Kamu harus menabung dan pintar-pintar cari uang untuk masa depanmu. (Dan akhirnya mau tak mau harus mengorbankan sedikit waktu bersama keluarga).

Advis A: Ikutilah kata hatimu, karena kata hati tidak pernah berbohong.
Advis B: Jangan hanya andalkan kata hatimu, karena kata hati dan hawa nafsu itu beda tipis. Meski tidak semua hal bisa dilogika, tapi hanya mengandalkan kata hati dalam bertindak itu berbahaya. Seperti ABG yang menuruti kata hatinya untuk lebih memilih tawuran daripada membaca buku.


Dan advis-advis lain yang tidak bisa saya tuliskan satu per satu di kesempatan yang seadanya ini. Begitulah, hidup itu terdiri dari banyak pintu. Tinggal pintu mana yang dirasa paling tepat untukmu. Mendengarkan nasehat orang lain itu penting, tapi mendengarkan semua nasehat itu akan menghambat untuk memutuskan sesuatu yang penting.


Jakarta, 18 September 2016


3 comments:

  1. Menurut mbak, bagaimana kita harus bersikap dalam pengambilan keputusan? Berdasarkan fakta atau asumsi kita sendiri?

    ReplyDelete
  2. Wah, jawaban menarik, yah.

    Kalau hanya kata hati, logika masih perlu ga ya?

    ReplyDelete

Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger