Tuesday 1 January 2019

Milestones of 2018








Demi menjaga keseimbangan yin dan yang, akhirnya kutengok kembali blog yang sudah mulai lapuk dan berdebu ini. Bangkit dari tidur panjang, kuingat-ingat dulu untuk apa susah payah aku mentrasfer memori hidupku menjadi kata. Oh, ternyata supaya di beberapa tahun ke depan aku bisa berkaca kembali seperti apa hidupku yang lalu lalu. Hampir setengah waras aku menjalani segenap tahun 2018-ku yang sangat menakjubkan. Tak terduga, so much surprises.

Januari 2018
Seperti orang kebanyakan, di awal tahun aku merajut mimpi-mimpi manisku. Tak patah arang aku rangkai kembali cita-cita apa yang sudah terserak di tahun 2016 yang carut marut itu. Tetap optimis meskipun hidupku pun waktu itu sebenarnya tak terlalu manis. Keinginan untuk resign yang meluap, lelah lahir dan batin, bingung, kacau, bimbang… literally quarter life crisis. Sampai di penghujung Januari muncul sebuah pesan singkat biasa dari teman lama. Biasa saja, toh semua dari kita juga saling menyapa meskipun tak ada sesuatu yang terencana.

Februari 2018
Got promotion in office for the first time! I should be thankful but turns out I wasn’t really. I really tired for the same thing after 2 years in the same field. 
Tetapi apapun itu harus tetap dijalani. Hingga akhirnya kembali impulsif untuk ikut Mamak dan Kakak trip ke Kuala Lumpur. Sayangnya kondisi stamina yang kurang fit dan ada kejadian tidak senonoh sebelum keberangkatan membuatku kesal pada diriku sendiri.
Awalnya aku senang bukan kepalang karena mendapat tiket promo seharga tidak lebih dari Rp 800,000 pulang-pergi CGK-KUL-CGK. Namun karena mepetnya deadline kerjaan kantor yang membuatku harus terjaga hingga dini hari selama berlarut-larut dan meeting serta presentasi bertubi, aku baru mulai packing pukul 01.00 pagi, penerbangan nanti pukul 06.00! Sampai kemudian aku sadari pasporku tidak ada di tempat biasa aku menyimpannya.
Dan singkat cerita, setelah kubongkar semua sudut kamar dan di kantor, aku tak menemukan dimana pasporku berada. Aku hampir gila. Bukan apa-apa, tapi kalau sampai Mamak dan Kakakku tau aku tidak jadi ikut hanya karena pasporku tidak ada, aku khawatir kalau mereka kemudian sedih dan mengkhawatirkanku. Kalau soal dimarahi sih masih tidak apa-apa.
Dan waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi. Setelah lelah menangis, aku pun pasrah dan berserah. Hingga Allah mengetuk hatiku untuk menengok sudut kardus yang sangat berdebu dan lapuk itu. 100% aku yakin pasporku tidak akan ada di sana. Karena pun isinya hanya pecah belah yang tidak pernah kupakai. Tapi Qadarullah… PASPORKU ADA DI SANA!
Astagana, lemas aku melihat kelakuanku sendiri. Dengan pontang-panting aku cek tiket pesawat ke KL untuk hari itu juga. Ada! Pukul 13.30, lumayan lah dapat harga Rp 800,000-an juga sekali jalan. Jadi ya tidak jadi berhemat. Hahaha. Tapi tak apalah, sebuah pengalaman baru yang menamparku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berhati-hati.

Maret 2018
Setelah pertarungan batin yang begitu panjang, aku memutuskan untuk menemui kembali teman lamaku yang kemarin sempat bertemu di bulan Februari lepas undangan pernikahan sahabatku Provita. Tidak besar ekspektasiku terhadap pertemuan itu. Sekedar bertemu kawan lama. Masih lekat dalam ingatan, pertemuan kami jauh dari istilah romantis. Betapa tidak, karena pertemuan itu di akhir bulan, aku harus sambil mengerjakan tugas kantor. Lucunya dia tidak bosan atau cemberut melihatku setelah makan malam hanya bergelut dengan laptop. Yang kuingat adalah sebelum kita berpisah, dia hanya bilang “Secepatnya ya”. Dan aku hanya bisa diam. Apanya yang secepatnya? Bertemu laginya? Atau apa? Ah sudahlah……


April 2018
Sebenarnya kepulanganku saat itu harus kutukar dengan pengalaman yang sudah sangat kunantikan. Teman-teman kantorku mendaki gunung Merbabu. Gunung yang sudah lama sekali ingin kukunjungi. Tetapi waktu seperti tidak memungkinkan. Ada yang harus kupastikan dengan serius menyangkut masa depanku.
Seperti agak hilang ingatan, tanpa sadar dia sudah ada di rumahku bertemu Ibuku dan Kakakku. Dan tak seperti biasa, untuk kali ini kakakku yang biasanya acuh tak acuh dengan takzim menemani tamuku mengobrol saat aku masih di dalam untuk siap-siap. Seperti ada yang tak biasa, padahal baru sekali mereka bertemu.
Dan untuk pertama kali itu pula aku bertemu dengan orangtuanya. Sungguh tak ada yang aku kurang-kurangi dari pernyataanku ini; jantungku seperti sedang naik jet coaster. Naik turun tidak pada tempatnya. Dia yang dulu pernah menjadi teman sebangku itu, sekarang menjadi aneh saat kami duduk hening bersebelahan di kotak kaleng berjalan itu. Lagu yang terdengar sayup-sayup di mobil benar-benar menolong kami, laksana debur ombak yang meramaikan keheningan laut.
Di bulan April jugalah untuk pertama kalinya aku dan sahabatku Fitri Wulandari diberi quality time yang begitu indah. Sudah lama kami ingin pergi berdua ke pantai tapi tak kunjung terlaksana. Dan akhirnya kami ke pantai pasir putih di daerah Gunung Kidul berdua. Iya, berdua. Meskipun menyetir semata wayang, tapi apa yang ada di dalam hati ini begitu gembira. Sampai kemudian dia bertanya; “Kamu sudah sebentar lagi ya Dek?”.

Mei 2018
Bulan puasa yang tidak terlalu berbeda dari biasa. Hanya lebih sibuk saja. Setiap ada akhir pekan yang senggang maka kudatangi mall, Pasar Tanabang, atau Thamrin City. Sekedar persiapan lebaran atau semata mencari materi untuk acara lamaran nanti entah kapan.

Juni 2018
Ponselku berkedip saat aku masih di perjalanan menuju Kota Kasablanka, menemui Charina untuk buka puasa bersama. Kabar itu  sepertinya sudah tiba. Kuangkat telepon itu dengan degup jantung yang memburu.
“Ya, halo”
“Halo, sudah selesai Dik ngomongnya”
“Hah, gimana??? Ceritain, ceritain”
“Ya gitu, tadi aku minta izin untuk serius sama kamu dan keluargaku mau main ke rumah untuk ketemu. Sebelum lebaran itu ya”
“Terus respon Mamak sama Kakak gimana?”
“Hahahaha iya tadi serius banget. Ya dibolehin asal visi misi kita sama”.
---------------------
Lebaran tahun ini ternyata begitu berbeda dari tahun sebelumnya. Tepat pada hari ulang tahunku, di depan keluarga besar kami masing-masing, kami resmi jadian. Alamak. Ditemani sahabat-sahabat dan saudara-saudaraku, semua terasa begitu teduh. Sejak hari itu pun mamakku selalu mengultimatum;
“ Mulai sekarang jangan main main lho ya, udah disaksiin banyak orang lho”.
---------------------
Pun sebenarnya kami belum ada omongan mau meresmikan hubungan ini kapan. Rencananya di akhir tahun saja, mungkin November atau Desember 2018. Menunggu Kakakku acara duluan.

Juli 2018
Sebetulnya Mamak sibuk mencarikan gedung untuk Kakakku, supaya setelah Kakakku settle mau tanggal berapa, baru aku dicarikan tanggalnya kemudian. Apalagi banyak masukan dari saudara perkara Kakak Adik tidak boleh menikah di tahun yang sama. Meskipun kami sekeluarga sebenarnya baik-baik saja jika ada pernikahan di tahun yang sama, tapi demi menjaga silaturahim dan ketentraman bersama, kami mengadopsi masukan tersebut. Dan keputusan keluarga adalah Kakakku menikah belakangan saja.

Agustus 2018
Mempersiapkan pernikahan dalam waktu kurang dari 3bulan, ditambah dengan kepindahan ke departemen baru yang notabene lingkup kerja lebih kompleks, adalah perpaduan yang kusarankan untuk dihindari saja. Sungguh menguras tenaga, waktu, pikiran, dan…. dana. Karena percayalah, saat kita membutuhkan segala sesuatu secara mendadak dan waktu riset tidak banyak, maka opsi yang tersisa datang bersama konsekuensinya; seadanya atau tinggi harganya. 
Tapi apapun itu, aku sangat bersyukur ada kesempatan untuk menimba ilmu di departemen lain di saat aku benar-benar sudah ingin melenggang kangkung dari tempatku bekerja ke perusahaan yang sudah aku datangi sesi wawancaranya dan tinggal medical check up saja.

September 2018
Officially I became Mrs. Handoko!
Sungguh setelah beribu hari aku bersemedi mencari tahu siapakah partner hidupku kelak, maka pada akhirnya hari itu tiba. Kalau kata Kunto Aji dalam lirik lagunya; Jangkar sudah terjatuh dan aku benar-benar luluh. Seperti mimpi. Benar-benar aneh rasanya. Begitu banyak tamu yang datang dan itu adalah acaraku. Oh, jadi seperti ini toh rasanya menikah. Panas di kepala berminggu-minggu lamanya menyiapkan hari ini seperti air yang diguyur ke dalam tumis. I am speechless.

Oktober 2018
Resepsi + Ngunduh mantu = Cuti panjang!
Saatnya untuk mensyukuri apa yang terjadi. Mengundang teman dan saudara dalam tasyakuran sederhana yang dilangsungkan di tempat Ibu bekerja dulu. Auditorium LPP. Seperti yang diimpikan Kakakku. Sungguh terharu aku melihat teman-temanku serta teman-teman suamiku bisa turut hadir. Ternyata kehadiran mereka begitu besar artinya di hati kami. Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada seluruh pihak yang turut memeriahkan suasana.
Melepas penat sejenak dengan berlibur ke Dieng Wonosobo berdua, terasa menyenangkan. Tempat yang jauh dari keramaian dan hingar bingar hedonisme menghanyutkan kami berdua dalam syukur yang begitu dalam. Dan Alhamdulillah acara ngunduh mantu di Magelang juga berjalan lancar.

November 2018
Disibukkan dengan aktivitas kantor yang menggila. Budgeting, stock taking. Untuk pertama kalinya sedih karena pulang sampai larut, dan Pak Danung menungguku sampai dia mengantuk. Hampir setiap minggu kerjaanku packing. Ke Tangerang, ke Cikarang, ke Surabaya, ke Bandung. Tapi yang menyenangkan adalah ketika Allah memberi kejutan bahwa pesawat Pak Danung transit di Surabaya dulu selepas dari Sorong menuju Bali. Begitulah kesempurnaan rencana Allah. Karena masih bertugas di Surabaya, kami pun sempat short trip di Surabaya. Unexpected holiday.

Desember 2018
Liburan yang ditunggu-tunggu pun tiba! Thailand bersama teman-teman perempuan!
Sudah sejak bulan Maret 2018 kami membeli tiket dan mempersiapkan segala perlengkapan lenongnya. Menjadi liburan penutup akhir tahun yang manis dan betul-betul harus disyukuri Allah memberi kelancaran. Sudah sejak di bangku kuliah aku bermimpi bisa jalan-jalan ke sana. Dan kesempatan itu tiba. Meskipun belum maksimal, tetapi tak apa, aku yakin jika berusaha, maka suatu hari bisa ke tempat itu lagi.

Dan pada kesimpulannya adalah; Allah adalah sebaik-baik perancang. Boleh saja kita bercita-cita apapun, namun mengembalikan semuanya lagi kepada Yang Maha Agung adalah sebuah keseimbangan yang harus dilakukan. 
Pada setiap kejadian yang kita rasa begitu memberatkan, maka carilah kebaikan atau hikmah apa yang Allah ingin sampaikan pada kita. Tidak apa, semua memiliki garis masanya masing-masing. 
Semoga kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi.

Maafkan apa yang pernah dirasa pernah torehkan kecewa.
Dan semoga kita pun dimaafkan atas apa menurut yang lain kurang pas di hatinya.


Bergembiralah, karena semua yang terjadi pada kita apabila atas izin Allah adalah baik.



Jakarta, 1 Januari 2019.
Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger