Wednesday, 9 November 2016

Untuk Kita yang Suka Melewati Marka



Dan kemudian kita menjadi tahu bahwa sikap yang melampaui batas atau ‘tidak pada ranahnya’ dapat memicu dampak yang hebat, entah menjadi lebih menyenangkan atau menegangkan. Menginjak lantai rumah orang lain dengan sepatu kotor tanpa permisi pasti akan mendatangkan konsekuensi, entah hanya ditegur atau sampai dimarahi.

Yang harus disadari adalah setiap substansi memiliki batasannya layaknya jalan raya yang memiliki marka. Sudah berapa kali saya didenda Pak Polisi atas alasan ‘Anda telah melanggar rambu atau marka jalan’. Tidak peduli alasan saya ‘Wah, tadi maksud saya tidak begitu Pak’. Batasan tetaplah batasan. Pengguna lajur kiri dilarang keras melewati garis batasnya dan mengambil jalan di lajur kanan (kecuali dalam keadaan force majeur yang sedang tidak saya bicarakan dalam konteks ini). Pada hakikatnya, batasan diciptakan untuk menciptakan keteraturan dan kenyamanan bersama.

Maka kembali menjadi perenungan bersama bahwa dalam berkehidupan sosial, apa yang terbersit dalam hati dan pikiran tidak semuanya harus diungkapkan. Seseorang tidak kemudian menjadi unik hanya karena mudah berkata sesuai keinginannya saja. Terkadang penting bagi kita untuk berbagi opini dengan lingkungan yang satu circle lebih dulu sebelum melemparkannya ke luar lingkaran sosial kita. Begitulah fungsi keluarga, rekan kerja, teman diskusi...

Seberapa baik pun niat yang ada dalam hati, apa yang kita pikir baik untuk disampaikan belum tentu menjadi benar untuk dilakukan. Bukan menjadi ranah saya ketika atasan di kantor memilih untuk memakai baju warna hijau model jala-jala dipadukan dengan sepatu merah, lalu saya pingin protes dan mengomentarinya di depan umum. Bukan menjadi ranah saya berkomentar juga ketika sepupu saya memilih untuk bekerja di non profit organization dibandingkan di perusahaan swasta. Bukan menjadi ranah saya juga ketika seorang teman memutuskan untuk memilih peran menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan prestasinya di dunia kerja. Dan tetap bukan menjadi ranah saya juga ketika saudara saya lebih memilih untuk berwirausaha dibandingkan kerja di perusahaan orang atau menjadi PNS.

Maka untuk kita yang masih suka melewati marka subyek yang lain, maybe better to taste our words before spit it out (and before we regret). Penting untuk menyadari di mana posisi saat ini kita berdiri dan memahami garis batas antar satu dan lain hal. Kita tak pernah tau apa yang telah dialami orang lain dan apa yang menjadi keyakinan orang lain. Kata Pak Polisi, marka jalan diciptakan supaya pengendara saling melewati jalan yang menjadi haknya. Yang bukan haknya, jangan dilewati, guna menghindari kericuhan yang tidak diinginkan.

Untuk orang-orang yang pernah saya lewati markanya, mohon maaf lahir batin, saya menyesal pernah membuat perasaannya jadi tidak enak. Semoga dimaafkan.



Untuk orang-orang yang pernah melewati marka saya, ya sudah gak papa, gak gimana gimana. Yang sudah ya sudah. 

Jakarta, 9 November 2016.

No comments:

Post a Comment

Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger