Monday, 2 January 2017

1 of 3 : Dadakan ke Papandayan

Perjalanan mendadak ke Papandayan telah menutup minggu terakhir di tahun 2016 dengan sempurna. Bersyukur karena persiapan kurang dari satu minggu itu tidak menjadi penghambat yang berarti. Isu dilempar ke publik hari Selasa, Jumat pagi konfirmasi siap berangkat, dan hanya punya waktu 1 hari untuk benar-benar menyiapkan semua untuk keberangkatan Sabtu malam.

Trip dadakan ini membuat sedikit kewalahan karena kami yang bukan anak gunung kocar-kacir mencari pinjaman atribut. Hal-hal penting seperti jaket tebal, sleeping bag, tas ransel (iya, di Jakarta saya tidak punya tas ransel yang bersahaja untuk naik gunung), bisa saya pinjam dari teman yang doyan naik gunung. Tapi pernak pernik lain seperti tenda, headlamp, kompor kecil, dan nesting, harus kita sewa. Lumayan murah kok sewa peralatan seperti itu, thanks to Maulana who sacrificed himself to be the person in charge of serba serbi! 

Kami memutuskan untuk naik bus saja supaya adil, tidak ada yang lebih capek di jalan karena harus berkorban menyetir selama beberapa jam. Bus Prima Jasa pool Cililitan menjadi pilihan kami karena terhitung paling dekat dengan kos kami semua. 

Sabtu, 24 Desember 2016
Pukul 19.30 semua personil berjumlah 8 orang sudah menampakkan batang hidungnya di terminal. Namun karena menyadari bahwa sampai Garut nanti pasti sudah dini hari, maka yang merasa sedikit lapar memutuskan untuk mengisi amunisi dulu entah dengan tumpeng atau kambing guling (sumpah, teman-teman saya makannya lama banget!).

Pukul 20.30 bus yang mau kita naiki sudah siap. 
“Lan, kita kok nggak beli tiket dulu? Bus nya udah siap tuh, nanti kalau kehabisan gimana?”
“Mana ada beli tiket, naik bus mah yang penting kita masuk, terus duduk, terus bayar di dalem!”
Oh, iya ya. Sudah lama sekali saya tidak naik bus antar kota antar propinsi. Saya lupa kalau naik bus ini tidak perlu membeli tiket seperti kalau kita mau naik kereta. Hehehe. 
Bus yang kita naiki cukup nyaman. Bersih dan ber-AC, AC dingin malah! Jadi bagi orang yang kurang tahan dingin seperti saya ini harus bersiap jaket tebal atau pashmina atau kalau perlu bangun tenda supaya bisa tetap tidur dengan damai. Bus akan berhenti di beberapa titik penjemputan, tapi tidak apa-apa karena di setiap perhentian itulah kita bisa jajan-jajan entah tahu goreng atau kopi panas. Mana yang kamu inginkan saja.
Waktu tempuh terminal Cililitan – Terminal Gantur: kurang lebih 4 jam.
Biaya : Rp 52.000 per orang.

Minggu, 25 Desember 2016
Sekitar pukul 02.00 kita sampai di Terminal Guntur. Suasana khas terminal dengan bau bensin dan hiruk pikuk yang didominasi Mas-Mas dan Bapak-Bapak menyambut kami. Untuk menuju Papandayan ternyata harus dua kali naik angkot lagi. Nah, keuntungan dari naik gunung berombongan adalah biaya transportasi bisa dibagi lebih banyak orang. Angkot ini sistemnya borongan, waktu itu sekali jalan dipatok Rp 200.000. Kalau anggota kalian lebih banyak namun masih bisa ditampung dalam 1 angkot, tentu biaya akan menjadi lebih terjangkau. 
Waktu tempuh dari Terminal Guntur-pemberhentian selanjutnya : kurang lebih 30-45 menit.
Biaya : Rp 25.000 per orang.

Pukul 02.30 an kita sampai persimpangan Cisurupan.
Yang jelas di sana memang sudah ada pembagiannya, bahwa angkutan umum hanya boleh mengangkut penumpang dari titik terminal ke titik pertigaan ini, tidak boleh langsung ke Basecamp David, perhentian terakhir kendaraan. Jika anggota lebih dari 8 orang, maka akan diangkut dengan mobil pick-up, tapi karena kemarin kami hanya 8 orang, entah bagaimana ceritanya akhirnya kami diangkut dengan mobil Avanza. Oiya, di situ Indomaret tidak buka 24 jam, yang masih tersedia hanya tukang nasi goreng dan ATM BNI. Silakan mempersiapkan perbekalan sejak di bawah tadi ya.
Waktu tempuh persimpangan Cisurupan-Basecamp David : kurang lebih 30-45 menit.
Biaya : Rp 25.000 per orang.

Di tengah perjalanan menuju Basecamp David, akan ada pos pemberhentian. Salah satu anggota harus turun dan melapor di pos mengenai nama dan nomor telepon anggota yang memasuki area Papandayan. Juga akan didata siapa saja yang akan menginap di sana dan siapa saja yang tik-tok, atau langsung turun dan tidak menginap. Hmmm ternyata biaya naik gunung tidak seekonomis yang kami bayangkan ya.
Biaya menginap : Rp 65.000 per orang.
Biaya tik-tok : Rp 35.000 orang.

Pukul 03.30 sudah tiba di Basecamp David.
Tempat ini adalah lokasi perhentian terakhir kendaraan menuju Papandayan. Yang membawa mobil sendiri bisa diparkir di sini, dan tenang saja tempat parkirnya luas kok. Sambil menunggu subuh, sudah ada beberapa warung yang buka. Mau makan di situ atau dibungkus dan dimakan di atas gunung, terserah aja. Saya sih di situ hanya makan teh manis hangat dan gorengan. Nasi gorengnya bungkus saja dan dimakan di atas nanti mana tau lapar di jalan. Harga nasi goreng plus telur dadar berkisar 15-20ribuan kalau tidak salah.

04.30
Selepas menunaikan shalat subuh, kami berdoa sebelum mengawali perjalanan. Baru beberapa ratus meter melangkah dan merasakan tanjakan naik, saya yang tidak pernah olahraga ini langsung miskin tenaga. Begitulah, meskipun pendakian ke Papandayan ini mungkin dianggap tak seberapa oleh para pendaki cantik dan ganteng yang telahmenaklukkan Mahameru, tapi bagi saya pribadi pendakian ini adalah pencapaian. Tak terhitung berapa kali kami para wanita silih berganti minta berhenti untuk beristirahat (dan saya gunakan kesempatan emas itu untuk mengeluarkan kamera) dan foto-foto. Percayalah, foto yang indah adalah amunisi terbaik di tengah perjalanan!





Dari Camp David, ternyata antara pos satu dan pos lainnya tidak terlalu jauh. Tapi bagi pengunjung pemula yang membawa tas berisi botol aqua 1.5 liter dan serba-serbi lainnya saja sudah sempoyongan seperti saya, tetap saja jauh! Nyamannya Papandayan adalah di setiap pos ada toilet umum dan gubuk-gubuk orang jualan. Waktu subuh itu sih belum buka, tapi mungkin kalau siang sedikit sudah buka. Jadi tepiskan jauh-jauh rasa khawatir akan rasa lapar haus dan kebelet hajat itu di sana. Medan terpantau aman, Jenderal!

Oh iya, dari Camp David menuju area perkemahan ini kurang lebih dua jam ditempuh dengan hitungan setiap beberapa ratus meter berhenti sejenak. Hahaha. Maklum, dari 8 orang, 5 orang anggotanya ladies. Perjalanan pun terbantu dengan adanya tangga dan anak tangga.  Sebelum mencapai Pondok Saladah Camp Area tempat kami bernaung, ternyata ada satu area bernama Ghober Hut. Bisa juga berkemah di situ, tapi sepertinya lebih sempit dan lebih jauh dari area hutan mati.




07.00 hore!
Akhirnya sampai di Pondok Saladah Camp Area. Sebelum mendirikan tenda ternyata kita harus melapor dulu dan nanti akan diberi info area mana saja yang kosong atau sebentar lagi kosong. Setelah memutuskan tempat mana yang akan kita dirikan tenda, nanti akan diberi nomor tenda oleh si Bapak penjaga. Dan ulala. Saya merasa bukan sedang ada di gunung seperti bayangan saya. Ini sih seperti sedang ada di Tangkuban Perahu. Di situ banyak sekali lapak-lapak penjual indomie, cilok, minum, telur, sandal jepit, sunlight, shampoo, sabun, nasi goreng... Mungkin beberapa tahun lagi di situ juga ada penjual nasi padang.

Hal menyenangkan yang bisa dilakukan di gunung adalah mendirikan tenda dan memasak. Dan masakan yang paling enak di atas gunung adalah mi instan! Hahahaha. Tak terhitung berapa bungkus mi instan yang telah kami sikat hari itu. Alternatif lain adalah makanan yang mudah diolah seperti telur, sarden, atau makanan cepat saji yang dijual di supermarket-supermarket. Entah mengapa makanan yang kita nikmati di gunung terasa lebih lezat. 

Sekitar pukul 13.30 hujan yang awalnya gerimis berubah menjadi lebat!

Astaga Omma. Rencana siang ini mau ke hutan mati dan Tegal Alun pun buyar sudah. Berbekal mantel yang sudah disiapkan dari Jakarta dan cangkul pinjaman dari Bapak warung, para Mas-Mas pun seketika berperan menjadi pria macho yang rela menembus hujan untuk mencangkul dan menciptakan parit-parit kecil di sekitar tenda. Di hati kecil ini kami kasihan juga melihat mereka, tapi ya sudahlah. Namanya juga camping! Hahaha. 


No comments:

Post a Comment

Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger