Bercerita
tentang tujuan hidup, aku telah menuliskannya setahun yang lalu di secarik
kertas kosong. Waktu itu adalah
penghujung tahun 2014, dan aku sedang berkumpul dengan teman-teman ESQ DIY di
rumah seorang senior kami. Beruntung sekali saat itu aku hadir meskipun tidak
tepat waktu. Saat diskusi itu, Kak Novel dan Kak Lia (mereka adalah sepasang
suami istri yang menjadi teladan kami, hehehe) membimbing kami untuk membuat
sebuah resolusi untuk tahun selanjutnya. Untuk apa? Supaya kami bisa melangkahkan
kaki dengan lebih terarah, memiliki tujuan, dan tahu jalan mana yang harus
dilalui untuk menuju ke sana. Bahasa gaulnya, supaya kami bisa move on dengan cara yang benar!
Kak
Novel dan Kak Lia membagikan kami masing-masing selembar HVS yang kosong. Tanpa
boleh menyontek, mereka mendiktekan kami banyak pertanyaan, dan kami harus
menjawab satu per satu secara jujur. JUJUR.
Dimulai dari identitas utama seperti nama lengkap, tanggal
lahir, usia saat ini, saudara, pendidikan terakhir dan estimasi kelulusan, hobi,
cita-cita, dan mengapa kamu memilih cita-cita tersebut.
Pada sub topik kedua, terdapat pertanyaan-pertanyaan inti yang
mengarahkan kami untuk menuliskan sendiri gambaran besar impian dan kesiapan dalam
menjemput impian tersebut. Ada banyak pertanyaan dan harus dijawab dengan jujur
sesuai dengan kata hati. Aku sendiri sekarang hanya bisa tersenyum kecil saat
membaca tulisanku sendiri setahun yang lalu.
Sub topik ketiga hanya memiliki 1 pertanyaan. Apa resolusi
utama kamu di tahun 2015?
Sampai
saat ini, kertas itu masih aku simpan di dompet, sesuai dengan saran mereka.
Tujuannya supaya aku bisa sering-sering menengok harapanku sendiri di kala aku
lengah di tengah jalan dan hilang arah. Hehehe. Pada intinya, di penghujung
tahun 2014 itu aku menuliskan resolusi utama di tahun 2015 adalah fokus berjalan
menuju jalur berkarir. Setidaknya, di tahun ini aku ingin benar-benar
memantapkan apakah aku memang ingin menjalani hidup menjadi wanita karir, atau
menjalani peran yang lain.
Tidak cukup
sampai di situ. Kami bahkan sudah menuliskan rencana hidup lainnya di tahun
berikutnya. Benar, itu memang hanya sebatas mimpi dan cita-cita. Tapi sungguh,
ketika aku kembali membaca deklarasi pribadiku ini secara tak terduga, aku
seolah menemukan kembali benang merah yang akan aku runut. Aku kembali pada
diriku sendiri.
Masa
depan memanglah masih menjadi rahasia dari Allah. Tapi tak ada salahnya jika
kita selalu menyiapkan reminder-reminder sederhana
untuk diri kita sendiri dalam menjalani kehidupan. Dan ketika rencanamu
ternyata terwujud satu per satu secara nyata, maka hal pertama yang muncul dari
dalam hati adalah : “Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”.
JKT, 21102015
No comments:
Post a Comment