Saturday, 6 August 2016

Sederhana




Jika Raisa punya lagu "Kali Kedua" yang menceritakan bahwa dia kembali jatuh cinta dan tidak bisa move on dari mantan, tidak dengan saya sekarang. Lagu ini cocok menjadi mars kebangsaan saya di beberapa bulan yang lalu saja, saat saya mencoba mengulangi kembali hubungan yang pernah berjalan tidak baik. Memang benar kita bisa jatuh cinta dengan orang yang sama untuk kedua, tiga, empat kalinya. Tapi sungguh itu bukan pondasi yang kuat bagi kedua manusia untuk bekerjasama membangun hubungan yang mumpuni.

Cinta yang tidak diolah dengan benar bisa bertransformasi menjadi ego yang sulit dikendalikan. Ambisi yang dibalut sedemikian rupa pun juga bisa dibelokkan namanya menjadi cinta. Itulah mengapa penting bagi kita untuk mampu menerjemahkan sikap dari partner kita, apakah cinta ataukah ego? Jika yang membuat saya mengambil keputusan untuk kembali memulai hubungan yang pernah gagal hanya karena merasa terlanjur atau 'sayang aja kalau gak diteruskan', maka itu adalah ego. Hubungan yang saling membawa ego yang berbeda namun dipaksakan, persepsi yang belum sepaham, hanya akan menjadikan hati dan jiwa keduanya lelah dan terluka; babak belur.

Kadang manusia menilai; "Dia kan sudah berjuang mati matian, jadi sayang kalo ditolak", tanpa menilik lebih jauh ke dalam hubungan tersebut, maka komentar tersebut tidak bisa dipercayai menjadi advis tunggal yang hakiki. Kekerasan hati untuk tetap mempertahankan hubungan yang tidak menentramkan kedua belah pihak adalah kebodohan yang absolut. Mengapa saya bilang menentramkan? Karena memang bukan kebahagiaan yang kita cari dalam hubungan antar manusia, tetapi ketentraman.

Dan jangan pula menjadi pribadi yang terlalu percaya diri bahwa partner hanya akan bahagia jika dan hanya jika hidup dengan kita. Hanya karena kita tahu bahwa cinta kita begitu besar padanya, bukan berarti bahwa kita adalah orang yang paling tepat untuk seseorang. Bebaskanlah orang lain dalam memilih. Meski tindakanmu benar dan baik, belum tentu mendatangkan kenyamanan bagi calon partnermu. Meski perhatianmu mampu menyaingi Kapten Yoo pada Dokter Kang*, tapi yang harus tetap disadari adalah; setiap orang memiliki hak memilih dan tidak memilih. Orang yang tidak memilih kita sebagai orang yang berada di lingkaran pergaulannya bukan berarti tidak menyukai kita, dan kita pun tidak perlu pula menjadi tidak menyukai mereka. Masing-masing individu memiliki 'frekuensi' yang berbeda, yang membuat dia merasa nyaman dengan pribadi A, namun menjadi tidak nyambung jika bergaul dengan pribadi B. Semua itu biasa, tidak perlu dibesar-besarkan.

Kehidupan yang demokratis adalah cita-cita segala bangsa. Pun demikian pada hubungan yang lebih privat. Keputusan untuk memberi kebebasan pada orang lain untuk memilih adalah demokrasi. Yang utama bagi keduanya adalah tetap memelihara konsistensi dan integritas. Hidup ini sederhana saja, berkata sesuai dengan apa yang terjadi, dan menerima apa yang telah terjadi. Seiring berjalannya waktu, kenyamanan dan ketentraman lah yang akan menyuburkan cinta.

Jakarta, 7 Agustus 2016
*Tokoh utama serial drama Korea 'Descendants of the Sun'.

No comments:

Post a Comment

Blogger Babes are Sophisticated Bloggers Seeking Simple Solutions and Support indonesian hijabblogger